Kisah-Kisah Inspiratif Salaf dalam Menghormati dan Memuliakan Guru

Kisah-Kisah Inspiratif Salaf dalam Menghormati dan Memuliakan Guru

Seorang guru memiliki kedudukan yang agung dalam Islam. Mereka adalah Ahli Warisnya para nabi, pelita harapan umat, dan pendidik generasi. Sebab itu, sudah sewajarnya apabila murid memiliki kewajiban untuk menghormati, menghargai, dan beradab di hadapannya.

Bahkan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalllam bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيْرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِف لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi yang muda dari kami serta tidak mengenal hak orang alim dari kami.” (Shahihul Jami’, nomor 5443)

Assalaf Ash-Shalih (generasi saleh terdahulu) telah memberikan contoh-contoh terbaik dalam menghargai ahli ilmu dan ulama. Berikut adalah beberapa kisah inspiratif bagaimana mereka menghormati dan menghargai guru.

1. Ibnu Abbas dan Zaid bin Tsabit

Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu penulis wahyu dan salah satu dari tujuh fuqaha (ahli fikih) terkemuka di Madinah. Suatu hari, beliau menaiki hewan tunggangannya, lalu datang Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu memegang tali kekangnya untuk menuntun hewan tersebut, sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan kepada Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu.

Merasa tidak enak, Zaid berkata kepadanya, “Jangan lakukan itu, wahai sepupu Rasulullah!”

Ibnu Abbas membalas, “Begitulah kami diperintahkan untuk berbuat terhadap ulama kami.” (Ibnu Al-Jauzi, Shafwah Ash-Shafwah, halaman 275)

2. Imam Muslim dan Imam Bukhari

Imam Muslim adalah salah satu murid Imam Bukhari rahimahumullah. Beliau sangat menghormati, menghargai, dan selalu menyanjung gurunya dengan kata-kata yang baik. Suatu hari, beliau mendatangi Imam Bukhari dan berkata: “Biarkan aku mencium kedua kakimu, wahai guru dari para guru, pemimpin para ahli hadis, dan tabib hadis dalam ilalnya (cacatnya).” (Adz-Dzahabi, Siyar A’lam An-Nubala’, halaman 432)

3. Ar-Rabi’ bin Sulaiman dan Imam Syafi’i rahimahumallah

Ar-Rabi’ bin Sulaiman adalah salah satu murid terdekat Imam Syafi’i. Ar-Rabi’ jika duduk di hadapan gurunya merasa malu bahkan hanya untuk minum seteguk air sementara Imam Syafi’i melihatnya. (Ibnu Jama’ah, Tadzkirah As-Sami’ wal Mutakallim, halaman 88)

4. Yahya Al-Laitsi dan Imam Malik rahimahumallah

Yahya bin Yahya Al-Laitsi berasal dari Andalusia (Spanyol). Dia memutuskan untuk hijrah ke kota Madinah untuk menuntut ilmu kepada Imam Malik.

Ketika dia sedang duduk bersama Imam Malik, tiba-tiba seekor gajah masuk ke kota. Orang-orang pun bergegas keluar untuk melihatnya, kecuali Yahya. Ia tetap duduk tenang melanjutkan pelajaran.

“Mengapa kamu tidak keluar untuk melihat gajah, padahal ia tidak ada di Andalusia?” tanya Imam Malik.

Yahya menjawab, “Aku tidak melakukan perjalanan untuk melihat gajah, aku melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu darimu.” Imam Malik kagum kepadanya dan berkata, “Inilah orang yang cerdas dari Andalusia.” (Az-Zarqani, Kitab Syarh Az-Zarqani ‘ala Al-Muwatta’, halaman 69)

5. Ibrahim Al-Harbi dan Imam Ahmad rahimahumallah

Ibrahim Al-Harbi adalah seorang yang saleh. Dia mendengar sekelompok teman dan muridnya melebihkannya di atas Imam Ahmad. Ketika dia mengonfirmasi hal itu, mereka membenarkannya.

Dia pun marah kepada mereka dan berkata, “Kalian telah menzalimiku dengan melebihkanku di atas seorang laki-laki yang aku tidak menyerupainya, dan tidak akan pernah menyamainya dalam hal apa pun.” Dia bahkan bersumpah demi Allah untuk meninggalkan pengajaran mereka sebagai hukuman bagi mereka. (Abdul Aziz Al-Jalil dan Baha’uddin ‘Aqil, Aina Nahnu min Akhlaq As-Salaf, halaman 124)

6. Sufyan bin Uyainah rahimahullah dan Orang-Orang Bodoh

Ketika Imam Sufyan bin Uyainah – salah satu imam hadis – diberitahu: “Ada sekelompok orang yang datang kepadamu dari berbagai penjuru bumi, engkau marah kepada mereka, mereka hampir saja pergi atau meninggalkanmu.”

Beliau berkata kepada yang mengatakannya: “Kalau begitu, mereka adalah orang-orang bodoh jika mereka meninggalkan apa yang bermanfaat bagi mereka hanya karena buruknya perangai saya.” (Ibnu Jama’ah, Tadzkirah As-Sami’ wal Mutakallim, halaman 92)

Ya Allah, limpahkanlah keberkahan atas guru-guru kami. Tetapkanlah mereka di atas kebaikan dan petunjuk-Mu.

Ya Allah, tutupilah aib guru-guru kami, janganlah engkau hilangkan rasa hormat di hati terhadap guru-guru kami sehingga kami kehilangan keberkahan ilmu-ilmu yang mereka ajarkan kepada kami.

Selamat Hari Guru, semoga Allah memuliakan hidup dan matimu.

Loading

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top